Senin, 12 Mei 2008

Kartu Kredit Pertama Saya

Jujur saja, saya benci dengan yang namanya kartu kredit. Kartu Kredit dapat menyebabkan seseorang berperilaku konsumtif. Dari perilaku konsumtif itulah kadang seseorang melakukan pembelanjaan dengan hutang melebihi kapasitas kemampuan membayarnya. Uang yang seharusnya bisa disisihkan untuk investasi terancam habis hanya untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu dibuthkan dan bunga dari Kartu Kredit yang mencapai hingga 30% lebih. Kartu Kredit yang sejatinya digunakan untuk sesuatu yang mendesak sudah beralih fungsi menjadi sarana untuk berbelanja secara mencicil. Dan barang-barang yang dicicil cenderung kurang produktif.
Kini, sesuatu yang dulu saya benci itu ternyata malah menjadi bagian dari hidup saya. Ya, terhitung mulai bulan April 2008, saya merupakan pengguna Kartu Kredit (KK) BCA. Tenang, saya cukup berhati-hati kok dalam penggunaannya digunakan untuk , kartu kredit menyangkut masalah akhirat dimana hutang itu dibawa sampai mati, di kehidupan dunia pun hidup juga tidak akan tenang karena kita akan senantiasa diuntit oleh sebuah kewajiban yang harus segera dilunasi. Namun, setelah memiliki penghasilan sendiri. agaknya saya memang persekaralu berhutang

Rabu, 07 Mei 2008

i love money.....

Saya begitu mencintai uang. Yes, money can buy happiness. Saya tidak percaya dengan pepatah yang mengatakan bahwa money can't buy happiness coz without money we don't get happiness. Pertama, saya mendapatkan uang saya secara halal. Tidak korupsi apalagi pelihara tuyul. Kedua, saya bekerja keras untuk mendapatkannya. Boleh dong saya menikmatinya dan berbangga diri untuk menikmatinya. Ketiga, i wanna be a good muslim. Dengan uang yang banyak, saya bisa berkontribusi bagi kemaslahatan umat. Yes, umat islam harus kaya raya.
Perkenalan saya dengan uang sudah dimulai saat usia saya cukup muda. Bahkan saya sudah menabung pada usia sekitar 5 tahun. Saya pertama kali membuka rekening di Bank Jabar & Banten (d/h Bank Pembangunan Daerah/BPD) cabang Bekasi dengan saldo awal sekitar Rp30 ribu-an. Karena saat itu tidak bisa tanda tangan, terpaksa saya memakai tanda tangan yang mirip bapak saya. Mengenai ID-nya, wah saya juga ga tahu gimana. Tidak seperti sekarang, dimana tabungan hanya sekadar lewat saja. Dahulu, menabung benar-benar sebagai sarana membiakkan uang. Bunganya cukup besar, lho. Saya masih ingat, pertama kali menabung sekitar Rp30 ribua-an. Lama tidak ditabung sekitar 5 tahun, tahu-tahu tabungan saya sudah beranak-pinak menjadi sekitar Rp300 ribu-an. Amazing...
Berawal dari sana lah saya mulai mencintai uang. Setiap lebaran dapat THR dari orang tua dan sodara-sodara, saya akan tabungkan. Bahkan, pada saat memasuki SMP, saya punya 3 tabungan, antara lain di BNI, BCA, dan Bank Bali. Rekening di BPD terpaksa di tutup karena ga ada ATM-nya. Memasuki jenjang SMA, rekening tabungan nambah lagi. Yakni Bank Putra Surya Perkasa (Bank PSP) yang tidak lama setelah membuka rekening, terpaksa di likuidasi oleh pemerintah. Sejak kejadian krisis moneter, perbankan mulai berbenah. Selain memperbaiki dari segi infrastruktur, biaya administrasi pun cukup besar dengan bunga yang kecil sehingga menabung di bank tidak seperti dulu lagi.Sekarang,harus mempunyai saldo minimal sekian agar bunga yang dihasilkan mampu meng-cover biaya administrasi.Huh......i hate it.
Beranjak ke bangku kuliah, saya mulai mempelajari investasi.Itupun karena jurusan kuliah yang saya ambil mengkhususkan diri di bidang pasar modal.